Selasa, 16 November 2010

Pendidikan Karakter Bangsa dalam Kurikulum: Sebuah Tantangan


JAKARTA (Suara Karya) Pemerintah akan memasukkan pendidikan budaya dan karakter bangsa melalui penguatan kurikulum, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, sebagai bagian dari penguatan sistem pendidikan nasional. Namun, pendidikan budaya dan karakter bangsa itu tidak dibuat dalam bentuk mata pelajaran tersendiri.
Tidak ada tambahan mata pelajaran, tetapi cukup dengan memberikan penguatan pada masing-masing mata pelajaran yang selama ini dinilai sudah mulai kendur," kata Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh usai membuka sarasehan "Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa" di Jakarta, Kamis (14/1).
Mendiknas menganalogikan pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai zat oksigen yang menjadi bagian dari manusia hidup. Manusia tidak akan hidup tanpa oksigen. "Begitu juga dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kita seakan mati jika tidak berlaku sesuai dengan budaya dan karakter bangsa. Karakter dan budaya bangsa itu begitu melekat dalam diri seseorang," tuturnya.
Karena itu, Muhammad Nuh berharap, pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan terlebih dahulu oleh para guru sebagai panutan siswa dalam sekolah. Guru harus menjadi contoh dari pendidikan budaya dan karakter bangsa
"Pendidikan budaya dan karakter bangsa tidak bisa dihafalkan, tetapi harus dilakukan. Para guru bisa memainkan peran untuk penguatan pendidikan budaya dan karakter anak bangsa," ujarnya.
Menurut Muhammad Nuh, pendidikan budaya dan karakter bangsa perlu dikuatkan kembali pada saat budaya, moral, dan karakter bangsa Indonesia tengah terpuruk saat ini. Hal itu terlihat dari maraknya pelaku tindakan korupsi, tak sungkan lagi melakukan pembohongan publik,kurangnya sikap hormat terhadap orangtua, dan kendurnya daya juang anak bangsa.
Ketika ditanyakan apa bentuk evaluasi terhadap penilaian pendidikan budaya dan karakter bangsa, Muhammad Nuh mengatakan, budaya dan karakter bangsa tidak bisa dihitung dengan angka-angka. Pendidikan itu terlihat dari perubahan sikap dari anak didik.
"Karena itu, pendidikan budaya dan karakter bangsa ini tidak dievaluasi lewat angka-angka, tetapi sikap yang diperlihatkan anak didik," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, Diah Harianti, dalam kesempatan terpisah mengatakan, sebenarnya kurikulum saat ini sudah memasukkan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Namun, yang lebih dikedepankan adalah materi bahari ajar ketimbang memadukan dengan nilai-nilai budaya yang sesungguhnya bisa diterapkan secara bersamaan.

2 komentar:

  1. Apa semua bidang studi harus diberi muatan "karakter bangsa'?. Sementara sudah ada bidang studi PPKn sebagai sumber dari pembinaan kebangsaan. Kalo semua bidang studi harus memuatkan "karakter bangsa" di dalamnya, maka proses pendidikan akan menjadi kacau. Dulu sudah ada pendidikan Moral Pancasila&PSPB lalu dihapus, sekarang tidak dimunculkan secara explisit tetapi dijejalkan dalam tiap mata pelajaran. Ibarat obat, jika dalam satu tubuh dimasukkan berbagai macam tentu efek sampingnya lebih berbahaya walaupun dalam sekali suntik penyakit bisa sembuh. Sepertinya, dunia pendidikan sekarang ini telah menjadi laboratorium untuk mencoba semua formula yang muncul tanpa didasari konsep yang matang.

    BalasHapus
  2. bagus mas edy lain hari q pengin bikin blog

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar, untuk kemajuan kami